Kronologis Meninggalnya Deborah
Wednesday, 13 September 2017
Add Comment
Baca Juga
Debora yang berusia 4 bulan ini, tiba-tiba mengalami sakit pada Minggu (3/9/2017) dini hari.
Orangtuanya pun mendadak panik dan mencoba membawanya ke RS Mitra Keluarga, Kalideres, Jakarta Barat.
"Kami sudah panik, dan langsung bawa ke rumah sakit. Debora batuk pilek dan sesak napas," ucapnya.
Pihak RS Mitra Keluarga pun langsung melakukan pelayanan. Bayi berusia 4 bulan itu segera mendapatkan penanganan di IGD.
Namun kondisi Debora semakin melemah.
Pertolongan pertama
Dokter jaga saat itu, Irene Arthadinanty Indrajaya, langsung
melakukan pertolongan pertama dengan melakukan penyedotan (suction).
Debora dipasangi berbagai macam alat monitor, infus, uap,
dan diberikan obat-obatan. Saat itu, pukul 03.30, Debora sudah bernapas
dan menangis kencang.
"Saya pikir sembuh nih, terus saya dipanggil dokter Irene,
dia bilang ini harus masuk ruang PICU (pediatric intensive care unit)
karena sudah empat bulan usianya, tetapi dia bilang di sini enggak
terima BPJS," kata Henny.
Rudianto dan Henny pun langsung mengurus administrasi agar
anak mereka dirawat di ruang PICU. Rudianto bercerita, ia menghadap
bagian administrasi dan disodori semacam daftar harga. Uang muka untuk
pelayanan itu Rp 19.800.000.
"Saya bilang saya enggak bawa duit sama sekali, cuma bawa
kunci sama duit di kantong celana untuk tidur, tetapi mereka bilang
harus bayar DP (uang muka)," kata Rudianto.
Ia pun tancap gas ke rumah untuk mengambil dompet. Rudianto
kemudian langsung menarik semua uang di ATM yang dimilikinya dan
mencairkan sekitar Rp 5 juta.
Baca Juga : Cerita Haru, Bayi Cantik Deborah
Surat rujukan
Dokter, perawat, dan petugas administrasi tetap menolak serta meminta uang dilunasi dulu sebesar Rp 11 juta.
Henny mengatakan, dokter saat itu sempat menyebut tarif perawatan di ruang PICU semalam mencapai Rp 20 juta.
Sekitar pukul 09.00, Henny dihubungi temannya yang mengabarkan ada ketersediaan ruang PICU di RS Koja.
Kondisi kritis
Kondisi Debora kritis. Dokter dan suster bergantian
meresustasinya (CPR). Dokter menyebut Debora masih bernapas, tetapi
jantungnya berhenti.
Monitor jantung menunjukkan garis lurus tak berkelok. Henny dan suaminya hanya bisa memegangi tangan anak malang itu.
Ia menangis dan meminta Debora bertahan."Saya teriak, anak
saya kedinginan dan tubuhnya pucat. Di situ saya menjerit. Dek, jangan
pergi, tolong kamu bertahan, jangan menyerah," kata Henny.
Tim Informasi
0 Response to "Kronologis Meninggalnya Deborah "
Post a Comment