Dimanfaatkan dan Bermanfaat

Mungkin seringkali kamu pernah berfikir, "Untuk apa aku hidup?". Atau pernah bertanya kepada teman terdekat mu, "Apa gunanya aku disini?". Dan lucunya, kamu tidak akan mendapatkan jawaban yang bisa kamu terima secara langsung. Jawaban yang kamu terima sering sekali berputar bak taxi yang berputar-putar mencari rute terjauh agar argonya melonjak.

Bukan tidak benar pertanyaan mu, tetapi tidak benar jika kamu bertanya dengan cara mu. Jika kita mau melihat dengan sudut pandang yang lebih lebar, tak perlu panjang, maka kamu akan menemukan jawaban mu sendiri. Coba lihat sekeliling mu, siapa mereka? Dan anggap bertanya pertanyaan yang sama terhadap kamu. Apakah kamu bisa menjawabnya secara lugas? Mungkin bisa, tetapi apakah jawaban mu adalah jawaban terbaik untuknya? Pastinya tidak.

Manusia memiliki kebiasaan mencari pembenaran atas apa yang difikirkannya. Bukannya mencari yang benar. 

Walau kebenaran hanya milik Tuhan, tetapi kita adalah ciptaan terbaiknya dan diciptakan berdasarkan kebenaran yang di miliki-Nya. Ibarat kertas putih memerlukan pena bertinta, seperti itulah kamu. Dibutuhkan oleh orang lain dengan cara yang berbeda. 

Manusia adalah "alat" yang bisa "dimanfaatkan" untuk sebuah kepentingan. Baik atau tidak fungsi manusia, tergantung dari siapa yang memanfaatkannya. Kamu mungkin marah jika kamu merasa "Dimanfaatkan", tetapi kamu akan senang jika kamu merasa "Bermanfaat". Padahal, kedua kata "dimanfaatkan" ataupun "bermanfaat" memiliki makna yang sama. Namun kecendrungan kita saja yang selalu mengasumsikan negatif untuk kata "Dimanfaatkan" dan menganggap positif kata "Bermanfaat".

Seperti taxi yang memanfaatkan jalur terjauh untuk mendapatkan argo, dan pena yang dimanfaatkan oleh kertas agar berguna. Apa perbedaannya?

Jika kamu dimanfaatkan oleh Tuhan, apa yang kamu lakukan?

Ingat, semua hanya karena sudut pandang.

Etro Sinaga

Share this post